Translate

Jumat, 06 Februari 2015

Anak Pantai

Hari itu, kami menikmati sunrise di Pantai Kuta, bersyukur kantor suami mengadakan Family Gathering di Bali pas liburan sekolah. Lumayan, liburan gratis...

Letak hotel yang cukup strategis di pinggir pantai Kuta, hanya 20 meter dari hotel menuju Pantai.
Pagi itu masih banyak nelayan yang baru pulang melaut.
Senang sekali bisa menyaksikan pemandangan yang luar biasa ini.

Bangun pagi sudah ke pantai, bangun pagi sudah main pasir dan air laut.
Soo what??
Ini Bali bung…!!!
Pemandangan laksana Surganya Indonesia

 
Papah

Me n Abil

Me, Abil dan Mas Hanan

Kamis, 29 Januari 2015

Pilihan Hidup

Aku di sini dan kau disana
Hanya berjumpa via suara
Namun kuslalu menunggu saat kita akan berjumpa
Meski kau kini jauh disana
Kita memandang langit yang sama
Jauh dimata namun dekat dihati

(Dekat di hati – RAN)

17 tahun 5 bulan sudah saya tinggal di Bogor. Kota yang saat ini jadi tempat tinggal dan menjalani hidup ini bersama keluarga kecil saya.
Sungguh tak pernah saya menyangka akan tinggal di kota ini.
17 tahun yang lalu, saya memilih untuk meneruskan studi di sini, saat itu yang ada di fikiran saya hanya mencari tempat kuliah yang cepat lulus dan gampang nyari kerja, dan saya tinggalkan hasil UMPTN saya yang kebetulan diterima di Farmasi UGM

Awal tinggal di Bogor, tidak terlalu berat karena mungkin sudah biasa kos waktu SMA, dan alhamdulillah saya mendapat tempat kost yang enak dan kondusif.

Time Flies so fast...
Kuliah, lulus, kerja sambil kuliah lagi, dan akhirnya menikah dan punya anak di kota ini.

Dalam setahun saya tetep melakukan ritual pulang kampung minimal 2 kali, bertemu kedua orang tua, kakak, adik-adik, ponakan dan semua saudara yang saya sangat sayangi.
Dari 5 bersaudara, sayalah sendiri yang tinggal paling jauh dari orang tua, Kakak dan 2 adik saya yang sudah berkeluarga mendapat pasangan masih satu daerah, satu kelurahan malah, jadi bisa tinggal di dekat orang tua. Kadang-kadang saya iri dengan mereka, bisa melihat dan berbakti kepada bapak dan ibu setiap hari, tanpa ada halangan jarak ratusan kilometer maupun waktu puluhan jam untuk sekedar melepas rindu.

Tapi hidup adalah pilihan, inilah pilihan saya yang bisa menempa saya untuk lebih mandiri.
Apalagi sekarang jarak sudah bukan masalah lagi. Apalagi teknologi sudah makin maju.
Tiap hari kami bisa menyapa lewat grup watsapp, bahkan pamer masakan yang barusan saya masakpun bisa. Mengirim kabar dan poto saat itupun bisa dilakukan.
Kadang adik saya nyindir, ”Ngopo mbak, sedih ra isoh ngumpul?? Lah piye, paling adoh sih,,,”
Saya hanya menjawab : ” Lah ngopo ndadak sedih :P...”
Padahal dalam hati sih kadang sedih juga, hahaha,,,
Tapi ya sudahlah.

Hidup ini kan pilihan, dan saya sudah memilih, tinggal mempertanggung jawabkan pilihan saya ini nanti di hadapan Gusti Alloh, Klo kata orang hidup ini perjuangan, baiklah,,, saya akan terus berjuang, setidaknya jadi pahlawan untuk diri saya sendiri dan keluarga saya,


Abil, Kak Rafli, Hanan, Kak Fiyan
” Ya Alloh, ampunilah aku dan ibu bapakku, sayangilah mereka sebagaimana mereka menyayangiku saat aku kecil...”